Pengertian Konseling Berpusat Pribadi (Person Centered Counseling)
Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan, teori kepribadiannya merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan pendekatan fenomenologis. Konseling Person-Centered mula-mula dikembangkan pada 1940-an sebagai reaksi terhadap konseling Psychoanalytic.
Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi Client-Centered, dan terakhir Person-Centered. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya konseli untuk menjadi sadar diri atau mencapai kesadaran diri (self-awareness) dan untuk mampu menemukan pemecahan hambatan bagi pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan konseli, bukan konselor, sebagai pusat konseling.
Model ini menjadi salah satu dari yang pertama mematahkan konseling psikoanalisa tradisional, menekankan tanggung jawab dan peran aktip konseli, menghadirkan pandangan yang positif dan optimis dan memberikan perhatian akan kebutuhan untuk memperhitungkan aspek kedalaman pribadi dan pengalaman subjektif.
Ia mengutamakan proses konseling yang berpusat pada hubungan dibandingkan mengutamakan teknik. Model ini memusatkan pada peran penting dari sikap konselor. Model ini telah diterapkan pada orang-orang dari budaya yang berbeda secara bersama-sama. Prinsip-prinsipnya bernilai dan bermanfaat diaplikasikan pada latar multibudaya.
Organisme mungkin melambangkan pengalamannya sebagai kesadaran, atau mungkin menolak ataupun mengaburkan pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tidak disadari. medan fenomena merupakan keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Medan fenomenal adalah frame of reference individu yang hanya dapat diketahui oleh yang bersangkutan. Medan fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui pemahaman empatik meski tidak pernah dapat diketahui dengan sempurna. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu (realitas subjektif) dan bukan pada perangsang (realitas luar). Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
Self mungkin mengintrojeksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar. Self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan). Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self, pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman, dan self dapat berubah karena kematangan dan belajar. Dari 3 konstruk dasar inilah Rogers mengembangkan 19 dalil tentang kepribadian (teori self).
Asumsi dasar Konseling Berpusat Pribadi adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian konselor dan pemahaman yang menyembuhkan, konseli mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan, dan lebih lanjut mereka mengalami peningkatan self-awareness. Konseli dapat diberdayakan melalui partisipasi mereka dalam hubungan konseling. Mereka mewujudkan potensi mereka untuk tumbuh, utuh (holistik), spontan, dan diarahkan dari motivasi internal (inner-directedness).
Setiap orang dapat mengarahkan hidup dirinya sendiri. Konseli mempunyai kapasitas untuk memecahkan permasalahan hidup secara efektif tanpa penafsiran dan arahan konselor ahli. Model ini memusatkan proses pada mengalami secara penuh momen saat ini (karena itu bersifat ahistoris), belajar untuk menerima dirinya, dan memutuskan cara untuk berubah.
Ia memandang kesehatan mental sebagai sama dan sebangunnya antara apa yang orang inginkan untuk menjadi dan apa yang senyatanya terjadi yang disebut sebagai kongruensi. Dekat ataupun jauhnya tingkat kesenjangan antara ideal-self dengan real-self ,yang disebut sebagai inkongruensi, menunjukkan ringan ataupun beratnya tingkat maladaptive seseorang.
1. Mampu melakukan self-exploration atas potensi-potensi pribadinya
2. Menjadi sadar akan blok/hambatan bagi pertumbuhan pribadinya
3. Cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka
4. Kepercayaan diri menjadi lebih besar
5. Lebih sedia untuk meningkatkan diri, sebagai lawan dari menjadi mandeg
6. Lebih hidup dari standard internal untuk apa ia perlu menjadi, sebagai lawan dari mengambil ukuran eksternal yang membuatnya tidak pernah menjadi dirinya sendiri.
1. Keaslian/ketulusan (genuineness)
2. Kehangatan (warmth)
3. Empati yang akurat (accurate empathy)
4. Penerimaan dan penghormatan tanpa syarat terhadap konseli (unconditional acceptance of and respect)
5. Memberikan kebebasan (permissiveness), dan
6. Kepedulian (caring).
Konselor hendaknya mengkomunikasikan sikap itu semua kepada konseli. Melalui hubungan sedemikian itu, konseli diharapkan dapat menerjemahkan belajarnya di dalam situasi konseling ke hubungan di luar dengan orang lain.
Proses Konseling kurang terstruktur secara jelas namun pada umumnya konseli mengalami pentahapan sebagai berikut:
1. Konseli mengomunikasikan dunia eksternal dan bukan diri
2. Konseli menggambarkan perasaan tetapi tidak mengenali atau "memiliki" mereka secara pribadi
3. Konseli bicara tentang diri sebagai objek dalam hal pengalaman masa lalu
4. Konseli mengalami perasaan di masa kini namun menggambarkannya dengan ketidakpercayaan dan ketakutan
5. Konseli mengalami dan mengungkapkan perasaan secara bebas di masa sekarang---perasaan-perasaan meluap
6. Konseli menerima perasaan sendiri dalam kedekatan dan kekayaan, apa yang dialami dipandang sebagai miliknya
7. Konseli mempercayai pengalaman baru dan berhubungan dengan orang lain secara terbuka dan bebas.
1. A safe environment, penciptaan lingkungan aman dan ruangan untuk didengar
2. Listening, mendengar aktif tanpa menilai
3. Accepting, menerima apapun yang konseli ungkapkan tanpa tersinggung
4. Respecting, menghargai perasaan seseorang tanpa syarat
5. Understanding, pemahaman yang empatik
6. Honesty, kejujuran dalam pengungkapan penghargaan
7. Confidentiality, pemberian jaminan akan kerahasiaan konseli
8. Responding: restatement, clarification, dan reflection of feeling sebagai teknik intervensi reflektif.
Model person centered menghindari aplikasi teknik dengan arahan tinggi, seperti rejection atau blocking dan advice. Model ini juga menghindari aplikasi teknik yang meletakkan posisi konselor sebagi orang sok pintar, seperti: confrontation, dan interpretation.
Baca: Verbatim Konseling Berpusat Pribadi
Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi Client-Centered, dan terakhir Person-Centered. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya konseli untuk menjadi sadar diri atau mencapai kesadaran diri (self-awareness) dan untuk mampu menemukan pemecahan hambatan bagi pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan konseli, bukan konselor, sebagai pusat konseling.
Model ini menjadi salah satu dari yang pertama mematahkan konseling psikoanalisa tradisional, menekankan tanggung jawab dan peran aktip konseli, menghadirkan pandangan yang positif dan optimis dan memberikan perhatian akan kebutuhan untuk memperhitungkan aspek kedalaman pribadi dan pengalaman subjektif.
Ia mengutamakan proses konseling yang berpusat pada hubungan dibandingkan mengutamakan teknik. Model ini memusatkan pada peran penting dari sikap konselor. Model ini telah diterapkan pada orang-orang dari budaya yang berbeda secara bersama-sama. Prinsip-prinsipnya bernilai dan bermanfaat diaplikasikan pada latar multibudaya.
Konsep Dasar Konselin Berpusat Pribadi
Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan pokok, yaitu: berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning person). Konstruk pokok sebagai acuan seluruh teorinya adalah: organisme, medan fenomenal, dan self. Organism adalah totalitas individu), yang bereaksi sebagai keseluruhan secara subjektif terhadap medan fenomenal untuk memenuhi kebutuhan mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan diri.Organisme mungkin melambangkan pengalamannya sebagai kesadaran, atau mungkin menolak ataupun mengaburkan pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tidak disadari. medan fenomena merupakan keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Medan fenomenal adalah frame of reference individu yang hanya dapat diketahui oleh yang bersangkutan. Medan fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui pemahaman empatik meski tidak pernah dapat diketahui dengan sempurna. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu (realitas subjektif) dan bukan pada perangsang (realitas luar). Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
Self mungkin mengintrojeksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar. Self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan). Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self, pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman, dan self dapat berubah karena kematangan dan belajar. Dari 3 konstruk dasar inilah Rogers mengembangkan 19 dalil tentang kepribadian (teori self).
Asumsi dasar Konseling Berpusat Pribadi adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian konselor dan pemahaman yang menyembuhkan, konseli mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan, dan lebih lanjut mereka mengalami peningkatan self-awareness. Konseli dapat diberdayakan melalui partisipasi mereka dalam hubungan konseling. Mereka mewujudkan potensi mereka untuk tumbuh, utuh (holistik), spontan, dan diarahkan dari motivasi internal (inner-directedness).
Setiap orang dapat mengarahkan hidup dirinya sendiri. Konseli mempunyai kapasitas untuk memecahkan permasalahan hidup secara efektif tanpa penafsiran dan arahan konselor ahli. Model ini memusatkan proses pada mengalami secara penuh momen saat ini (karena itu bersifat ahistoris), belajar untuk menerima dirinya, dan memutuskan cara untuk berubah.
Ia memandang kesehatan mental sebagai sama dan sebangunnya antara apa yang orang inginkan untuk menjadi dan apa yang senyatanya terjadi yang disebut sebagai kongruensi. Dekat ataupun jauhnya tingkat kesenjangan antara ideal-self dengan real-self ,yang disebut sebagai inkongruensi, menunjukkan ringan ataupun beratnya tingkat maladaptive seseorang.
Tujuan Konseling Berpusat Pribadi
Tujuan utama konseling adalah menyediakan iklim yang aman, bebas ancaman dan dipercaya bagi pertumbuhan pribadi konseli. Secara lebih khusus, melalui pengaturan situasi dan hubungan konseling sedemikian, konseli diharapkan:1. Mampu melakukan self-exploration atas potensi-potensi pribadinya
2. Menjadi sadar akan blok/hambatan bagi pertumbuhan pribadinya
3. Cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka
4. Kepercayaan diri menjadi lebih besar
5. Lebih sedia untuk meningkatkan diri, sebagai lawan dari menjadi mandeg
6. Lebih hidup dari standard internal untuk apa ia perlu menjadi, sebagai lawan dari mengambil ukuran eksternal yang membuatnya tidak pernah menjadi dirinya sendiri.
Situasi Hubungan Konseling Berpusat Pribadi
Untuk mencapai tujuan itu, Rogers menekankan pentingnya sikap dan karakteristik pribadi konselor dan mutu dari hubungan konseli/konselor sebagai faktor penentu utama hasil konseling. Kualitas konselor yang menentukan hubungan yang menyembuhkan atau menumbuhkan pribadi konseli itu meliputi:1. Keaslian/ketulusan (genuineness)
2. Kehangatan (warmth)
3. Empati yang akurat (accurate empathy)
4. Penerimaan dan penghormatan tanpa syarat terhadap konseli (unconditional acceptance of and respect)
5. Memberikan kebebasan (permissiveness), dan
6. Kepedulian (caring).
Konselor hendaknya mengkomunikasikan sikap itu semua kepada konseli. Melalui hubungan sedemikian itu, konseli diharapkan dapat menerjemahkan belajarnya di dalam situasi konseling ke hubungan di luar dengan orang lain.
Proses Konseling Berpusat Pribadi
Model ini meminimalkan teknik-teknik direktif, penafsiran, tanya jawab, penyelidikan, diagnosis, dan pengumpulan sejarah. Proses lebih memaksimalkan mendengarkan dan mendengar aktif, pemantulan perasaan, dan klarifikasi. Keterlibatan penuh dari konselor sebagai pribadi dalam hubungan konseling lebih ditekankan.Proses Konseling kurang terstruktur secara jelas namun pada umumnya konseli mengalami pentahapan sebagai berikut:
1. Konseli mengomunikasikan dunia eksternal dan bukan diri
2. Konseli menggambarkan perasaan tetapi tidak mengenali atau "memiliki" mereka secara pribadi
3. Konseli bicara tentang diri sebagai objek dalam hal pengalaman masa lalu
4. Konseli mengalami perasaan di masa kini namun menggambarkannya dengan ketidakpercayaan dan ketakutan
5. Konseli mengalami dan mengungkapkan perasaan secara bebas di masa sekarang---perasaan-perasaan meluap
6. Konseli menerima perasaan sendiri dalam kedekatan dan kekayaan, apa yang dialami dipandang sebagai miliknya
7. Konseli mempercayai pengalaman baru dan berhubungan dengan orang lain secara terbuka dan bebas.
Teknik Konseling Bepusat Pribadi
Penekanan pada kualitas hubungan konseli-konselor bagi keberhasilan konseling menjadikan model ini teknik-tekniknya terbatas. Teknik hanyalah sekunder dibandingkan sikap konselor. Teknik-teknik yang dikembangkan lebih ke arah upaya memebantu pemahaman diri bagi konseli. Sungguhpun begitu pemahaman itu adalah pemahaman yang menyembuhkan (healing relationship). Adapun teknik-teknik yang lazim diterapkan adalah:1. A safe environment, penciptaan lingkungan aman dan ruangan untuk didengar
2. Listening, mendengar aktif tanpa menilai
3. Accepting, menerima apapun yang konseli ungkapkan tanpa tersinggung
4. Respecting, menghargai perasaan seseorang tanpa syarat
5. Understanding, pemahaman yang empatik
6. Honesty, kejujuran dalam pengungkapan penghargaan
7. Confidentiality, pemberian jaminan akan kerahasiaan konseli
8. Responding: restatement, clarification, dan reflection of feeling sebagai teknik intervensi reflektif.
Model person centered menghindari aplikasi teknik dengan arahan tinggi, seperti rejection atau blocking dan advice. Model ini juga menghindari aplikasi teknik yang meletakkan posisi konselor sebagi orang sok pintar, seperti: confrontation, dan interpretation.
Baca: Verbatim Konseling Berpusat Pribadi
Penulis siapa?
ReplyDelete