Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Konseling Behaviroal Beserta Teknik Konselingnya

Model Behavioral pada mulanya dikembangkan oleh Skinner, dan semakin populer serta meluas aplikasinya atas kerja Krumboltz, Kazdin, Wolpe, Lazarus dll. Model ini merupakan reaksi terhadap konseling psikoanalitik dan humanistik-eksistensial yang dipandang terlalu filosofis dan spekulatif, kurang didasari fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebaliknya model Behavioral disiplin pada metodologi ilmiah dalam mengevaluasi hasil yang spesifik.
Konsep Dasar.

Konseling Behavioral tidak mengembangkan teori kepribadian sebagaimana Psikoanalisis dan Person Centered. Fokusnya lebih pada pengembangan teknik pengubahan yang teruji secara ilmiah keefektifannya. Oleh karena itu konseling Behavioral dikenal miskin konsep namun kaya teknik. Satu-satunya asumsi dasar yang dipegang Behavioral adalah semua tingkah laku pada dasarnya dipelajari (merupakan hasil belajar).

Manusia dibentuk oleh pengkondisian sosial budaya, dan semua perilaku dilihat sebagai produk pengkondisian. Pendiriannya, semua perilaku dipelajari melalui penguatan. Lingkungan (sosial-budaya) adalah faktor diterminan bagi perilaku. Melihat perilaku secara deterministik, dalam proses kerjanya, konseling Behavioral mendasarkan diri pada asaa-asas atau prinsip-prinsip belajar.

Perilaku dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa bagian serta dapat dipelajari tanpa menghilangkan unsur-unsur utama dari tingkah laku itu dan kondisi lingkungannya. Adapun unsur-unsur utama untuk menganalisis perilaku meliputi: Stimulus, Organisme, Respon, dan Konsekuensi. Selain unsur utama tersebut dikembangkan asas-asas belajar yang lain, yaitu: Reinforcement, generalisation, diskrimination, extinction, shaping, mediating response, dan imitating response.

Konseling pun dipandang sebagai proses pembelajaran melalui aplikasi prinsip-prinsip belajar dalam situasi khusus bagi perilaku kekinian. Fokus konseling adalah perubahan perilaku. Kekhasan model ini tampak pada perhatiannya pada:
1. Perilaku tampak dan spesifik
2. Presisi dalam menjelaskan tujuan tritmen
3. Pengembangan rencana tritmen yang khusus
4. Evaluasi objektif terhadap hasil.


Tujuan Konseling Behaviroal

Tujuan umum adalah menghilangkan perilaku maladaptif dan belajar pola-pola perilaku baru yang lebih efektif.  Konseling dirancang untuk menciptakan kondisi baru agar belajar terjadi dengan berorientasikan pada tindakan, bukan pada perubahan sikap. Tujuan secara khusus sesuai dengan masalah spesifik yang dihadapi konseli. Dalam proses penetapan tujuan, konseli mendefinisikan tujuan, sedangkan konselor membantu membuatnya spesifik dan konkrit.


Situasi Hubungan Konseling Behaviroal

Pengritik mengatakan hubungan konselor dengan konseli dalam konseling Behavioral bersifat mekanik, manipulatif dan impersonal. Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak penganjur model ini yang menegaskan bahwa hubungan personal yang baik merupakan aspek penting dalam proses konseling. Kehangatan, permisif, antusiastik, penerimaan, keterbukaan, dan penghargaan dianggap perlu, tetapi itu saja tidak cukup sebagai kondisi pengubahan perilaku.

Penerapan teknik atau prosedur pengubahan tingkah lakulah yang dapat membawa konseli ke arah perubahan yang nyata. Oleh karena itu, penerapan prosedur pengubahan tingkah laku banyak mewarnai proses konseling behavioral. Dalam menerapkannya, konselor dan konseli berperan aktif dan bekerjasama dalam proses mengenali masalah, merumuskan tujuan pengubahan yang spesifik, dan menerapkan teknik-teknik pengubahan perilaku.

Proses berlangsung terencana dan sistematik sebagaimana proses pembelajaran. Konselor layaknya guru atau pelatih yang menyajikan model dan reinforcer, dan ahli diagnosis. Konselor cenderung aktif dan direktif. Konseli juga harus bersedia aktif bereksperimen dengan perilaku baru dan diterapkan dalam situasi nyata di luar sesi konseling.


Proses Konseling Behaviroal

Konseling mengikuti prosedur 4 tahap:

1. Asesmen
Ini adalah langkah memeriksa situasi masalah konseli, mendefinisikan atau menetapkan batasan masalah serta menetapkan base line. Situasi yang dipandang bermasalah apabila perilaku tertentu berlebihan, kurang dari yang seharusnya muncul, dan tampil secara tidak tepat. Pada tahap asesmen ini ditelaah pula faktor internal dan eksternal yang  ditemukan hubungannya bagi pemunculan perilaku bermasalah.

2. Perumusan tujuan
Langkah krusial dalam konseling Behavioral adalah menganalisis dan menetapkan tujuan. Pada umumnya konseli menetapkan tujuan terlalu umum dan tidak jelas. Konselor bertugas membantu konseli untuk menjadikan tujuan itu konkrit, spesifik, dan sikuensial sehingga lebih mudah dicapai dan diukur hasilnya.

3. Implementasi teknik
Sesuai tujuan yang ditetapkan ditawarkan strategi dan teknik-teknik pengubahan yang dipandang dapat mencapai tujuan. Biasanya konselor memberikan ilustrasi karakter teknik-teknik tertentu, memberikan kesempatan memilih teknik, dan penyepakatan teknik yang hendak dieksperimenkan.

4. Evaluasi dan terminasi
Evaluasi dilakukan sepanjang proses dan terhadap hasil akhir. Ukuran keberhasilan didasarkan pada jarak antara base-line dan target yang ditetapkan sebelumnya. Kegagalan mungkin memerlukan diagnosis ulang dan pemilihan teknik yang lebih tepat.


Teknik-Teknik Konseling Behaviroal

Banyak menggunakan teknik spesifik, berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan diarahkan untuk mengubah perilaku, antara lain:
1. penguatan (reinforcement)
2. latihan perilaku (behavior rehearsal)
3. kontrak perilaku (behavior contract)
4. Teknik implosif (implosive technique)
5. Relaksasi (relaxation)
6. Desensitisasi sistematis (systematic desensitization)
7. Penghentian pikiran (thought stopping)
8. Restrukturisasi kognitif (cognitive restructuring)
9. Pelatihan asertif (assertive training)
10. Pemodelan (modeling)
11. Pembentukan (shaping)
12. Manajemen diri (self-management).

Baca: Contoh Verbatim Konseling Behaviroal

Post a Comment for "Pengertian Konseling Behaviroal Beserta Teknik Konselingnya"