Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Model-Model Konseling Individual

Pemula yang mulai melangkah menekuni teori-teori konseling mungkin mengalami kesulitan untuk memperoleh pemahaman utuh dan mengambil posisi diri yang sesuai di antara teori-teori itu. Mereka mendapati dirinya seperti berada dalam belantara yang tidak jelas ragam habitatnya. Kerancuan dan pertentangan konsep bisa cukup membingungkan karena teori-teori yang berkembang juga sedemikian banyak dan lahir dari tradisi dan pandangan keilmuan yang berbeda bahkan bertentangan. Namun kesulitan itu dapat dikurangi apabila peminat memiliki kerangka pandang yang komprehensif dan terstruktur mengenai teori atau model konseling, sekaligus mengelompokkannya pada corak atau mazhab tertentu.

Menurut sejarahnya, konseling mula-mula berkembang sebagai kegiatan sehari-hari. Istilah konseling bukan berasal dari dunia akademis, melainkan berkembang dari masyarakat awam dan menjadi praktik yang umum di antara anggota masyarakat. Untuk menjadikan konseling lebih dapat dipertanggungjawabkan mutu layanannya muncullah upaya profesionalisasi sehingga melahirkan praktik konseling profesional. Melalui profesionalisasi itu, kalaupun belum sepenuhnya diakui sebagai bidang ilmu yang otonom, konseling telah berkembang menjadi teknologi sekaligus seni membantu.

Sebagai cikal bakal tumbuhnya konseling profesional dalam tradisi modernitas adalah paradigma psikodinamika yang melahirkan model-model konseling Psikoanalisis. Model-model yang lahir kemudian merupakan reaksi, baik menentang maupun mendukung, terhadap Psikoanalisis tersebut. Dalam kerangka trikotomi potensi manusiawi model-model Psikoanalisis pada umumnya masuk pada corak afektif.

Model humanistik menjadi kelompok yang pertama memberikan reaksi terhadap Psikoanalisis. Sekalipun masih berada pada corak afektif, model-model humanistik- eksistensial memiliki banyak pandangan yang berseberangan dengan psikodinamika. Person Centered Counceling termasuk salah satu dari model konseling humanistik tersebut.

Adanya gerakan untuk lebih mengilmiahkan konseling, sebagai reaksi atas model psikodinamika dan humanistik yang dipandang terlalu filosofis dan spekulatif, memunculkan model-model Behavioral yang membangkitkan dunia riset dalam konseling, karena semua teknik yang diterapkan harus didasarkan pada hasil riset. Model Behavioral memusatkan kerjanya pada action atau tindakan, bukan pemahaman atau perasaan (afektif).

Seiring dengan perkembangan model Behavioral berkembang pula pandangan bercorak kognitif yang lebih menekankan potensi rasio untuk membantu konseli. Berkembangnya psikologi kognitif dalam lingkungan ilmuwan behavioral dan adanya persinggungan yang berlangsung antara tradisi behavioral dan kognitif berikutnya melahirkan corak kognitif-behavioral. Choice Theory (Reality Therapy) dan Rational-Emotive Behavior Therapy merupakan model konseling yang bercorak kognitif tanpa meninggalkan dasar behavioralnya.

Corak psikodinamika, humanistik, dan behavioral ini yang mewarnai praktik konseling pada beberapa dekade di berbagai belahan dunia. Adanya gerakan pembebasan manusia dari konstruk-konstruk yang dipaksakan dan bersifat prakonsep dengan mengabaikan perbedaan budaya dari tradisi modernism dan neomodernism, melahirkan faham post modernism (posmo) dengan gerakan konstruktivismenya yang merembet juga pada praktik konseling. Solution Focus Brief Therapy dikategorikan sebagai model konseling yang bercorak posmo tersebut.

Untuk memahami setiap model konseling perlu ditelaah apa konsep dasarnya. Konsep dasar yang dimaksud mencakup falsafah, asumsi dasar, dan konsep-konsep pokok dalam memandang manusia dan perilakunya. Sebagian model memiliki teori kepribadian tentang manusia, sebagian yang lain tidak memilikinya namun tetap mengajukan penjelasan bagaimana perilaku manusia itu terjadi. Apa yang diidealkan atau hendak dicapai manusia dalam hidupnya, dan bilamana tidak.

Berdasarkan pemahaman tentang karakteristik dasar manusia dan tujuan hidupnya itu dirumuskanlah tujuan konseling yang bersifat membantu pencapaian tujuan yang diidealkan manusia itu. Memperhatikan situasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan serta iklim yang dapat mendorong orang untuk tumbuh dan berubah dirumuskan pula situasi hubungan yang diharapkan berlangsung dalam proses konseling. Terkait dengan situasi hubungan yang diharapkan ini disarankan adanya peran konselor yang didasari pengetahuan, sikap dan keterampilan membantu. Sedangkan konseli terlibat aktif pula melalui peran yang diharap dalam proses yang berlangsung.

Oleh karena pencapaian tujuan itu memerlukan dan hanya terjadi melalui suatu proses maka dikembangkan langkah-langkah yang sistematis yang merupakan prosedur baku dalam suatu model konseling. Adanya prosedur baku ini memungkinkan konselor untuk mengadakan refleksi dan mengevaluasi hasil kerjanya. Pada umumnya proses itu bergerak dari penerimaan menuju ke pemahaman yang memberdayakan (“menyembuhkan”), sampai pada upaya pengubahan pada berkembangnya perilaku baru yang lebih efektif. Gayut dengan prosedur konseling itu diterapkan pula sejumlah teknik khusus untuk mencapai tujuan pokok konseling.

Teknik dibedakan atas teknik komunikasi sebagai teknik dasar dalam wawancara konseling, dan teknik pengubahan perilaku. Teknik komunikasi beragam jenisnya mulai dari yang rendah arahan (seperti: acceptance, restatement atau paraphrase, dan silent) sampai dengan yang tinggi arahan (seperti: advice dan rejection). Sedangkan teknik pengubahan perilaku ada yang diarahkan pada pengubahan  perasaan dan sikap, seperti: empty chair dan value clarification; pengubahan kognisi, seperti: cognitive restructuring, dan teknik-teknik disputing; dan pengubahan perilaku, seperti: modeling, reinforcement, dan systematic desensitization.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa macam-macam konseling individual ada 4 yaitu:

Post a Comment for "Mengenal Model-Model Konseling Individual"